Selasa, 16 Juni 2020

Pengembangan Budidaya Ikan Patin yang Baik untuk Pemula

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan catfish yang berasal dari Indonesia. Ikan air tawar ini tidak memiliki sisik dan banyak dikonsumsi menjadi berbagai olahan makanan. Karena sangat populer sebagai salah satu ikan olahan, budidaya ikan patin sangat mudah dijumpai di Indonesia.
Memiliki tubuh berukuran memanjang hingga 120 cm, terdapat kumis pendek sebagai indera peraba yang terletak di sudut mulutnya, dan memiliki jari keras di bagian sirip punggungnya yang dapat menjadi patil di situasi yang membahayakan.
Terdapat beberapa jenis dan variasi dari ikan patin. Di antaranya Pangasius Lithostoma dari Kalimantan, Pangasius Nasutus dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Malaysia, Pangasius Micronemus dari Thailand dan Sunda, Pangasius Macronema dari Kalimantan Barat, Pangasius Nieuwenhuis dari Sumatera, Kalimantan dan Jawa, Helicophagus Waandersii dari Sumatera dan Kalimantan Timur, serta Pangasius Polyuranodon yang berasal dari Jawa. Sehingga ikan ini merupakan ikan domestik.
Ikan patin merupakan ikan yang cukup mudah dibudidayakan oleh pembudidaya pemula sekalipun. Budidaya ikan ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis kolam termasuk di antaranya kolam terpal.
Ikan patin mudah dalam beradaptasi asalkan sarananya memadai. Budidaya ikan patin hampir sama dengan budidaya ikan lele, karena ikan patin masuk dalam golongan catfish yang aktif di malam hari (nokturnal).

1. Proses Persiapan Kolam Ikan Patin

Langkah pertama yang harus dipersiapkan adalah kolamnya. Mengapa dipersiapkan paling awal? Karena setelah benih dibeli, benih harus segera dipindahkan ke kolamnya, supaya benih tidak mati karena stress.
Jenis kolam yang cocok bagi pembudidaya pemula adalah kolam terpal. Kolam terpal dinilai lebih efisien dan hemat daripada menggunakan jenis kolam yang lain.
Menggunakan kolam terpal juga dapat disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki, dan apabila sudah tidak digunakan lagi, kolam terpal dapat dibongkar kembali dan tidak meninggalkan kerusakan pada tanah.
Terpal yang dipilih pastikan memiliki ketebalan yang dapat bertahan lama hingga bertahun-tahun. Sebagai patokannya, bisa menggunakan terpal yang memiliki ketebalan A5 hingga A6. Terpal yang digunakan adalah terpal plastik berwarna gelap.
Atau kalau bisa memilih terpal plastik yang memiliki kualitas nomor 1, karena ikan patin memiliki patil yang tak kalah tajam dari patil lele yang bisa menusuk dinding terpal sehingga dapat menimbulkan kebocoran pada kolam.
Ukuran terpal yang dipilih gunakan yang memiliki panjang sekitar 8 hingga 12 meter, dengan lebar 6 hingga 8 meter. Dengan menggunakan patokan ukuran ini, maka nantinya dapat membangun kolam terpal dengan ukuran mulai 4 x 8 x 1 meter hingga 6 x 10 x 1 meter. Satu meter adalah ketinggian kolam.
Pastikan alas kolam terpalnya dalam keadaan datar dan rata. Bagi yang menempatkan kolam terpal di luar ruangan, khususnya di lahan tanah, maka bagian alas kolam terlebih dahulu harus diratakan dengan menggunakan cangkul. Benda tajam yang berpotensi dapat merusak terpal seperti batu juga sebaiknya disingkirkan.
Kemudian buat penyangga kolam terpal. Pastikan penyangganya benar-benar kuat dan mampu menahan volume air di dalam kolam. Sebagai saran, sebaiknya penyangga yang digunakan berupa tiang dari besi, sehingga tidak akan mudah patah dan dimakan rayap.
Baru setelah itu terpal dipasang dalam bentuk persegi panjang. Ukurannya menyesuaikan dengan keinginan dan ketersediaan lahan. Isi dengan air sumur atau air PAM, kemudian biarkan selama 1 sampai 2 minggu.

Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar keasaman air serta menghilangkan racun yang mungkin masih menempel di terpal. Pengisiannya pun dilakukan secara bertahap, mulai ketinggian 20 cm hingga setengah terpal untuk memastikan apakah kolam terpalnya sudah dalam posisi yang pas dan tidak ada kebocoran berarti.

2. Penyebaran Benih Ikan Patin

Kemudian berlanjut ke tahap penyebaran benih. Benih bisa didapat dari proses pemijahan sendiri, maupun membeli langsung di pasar benih. Bagi pemula yang tidak ingin ribet, memang lebih disarankan untuk membeli benih.
Benih yang dipilih pastikan yang memiliki kondisi sehat, pada tubuhnya tidak terdapat luka maupun cacat, dapat bergerak secara bebas dan lincah, serta ukurannya pastinya seragam dengan tubuh cerah mengkilap.
Pembelian benih sebaiknya tidak berjarak jauh dari tempat budidaya atau lokasi kolam terpalnya. Karena ikan patin cukup sensitif sehingga dapat berakibat kematian benih jika lokasi pembeliannya terlalu jauh dari lokasi budidaya. Jika benih diangkut dengan kantong plastik, maka kadar oksigen di dalamnya perlu diperhatikan dengan baik dan diangkut dengan hati-hati.
Setelah sampai ke lokasi budidaya, benih-benih yang sudah dibeli itu sebaiknya dimasukkan ke kolam terpal bersama kantong plastiknya, atau dalam kata lain, benih-benih jangan langsung disebar ke kolam terpal. Biarkan kantong plastik berisi benih-benih itu berada di dalam kolam terpal selama kurang lebih 15 sampai 20 menit. Tujuannya adalah supaya dapat menyesuaikan suhu dalam kantong plastik.
Kemudian barulah benih ditebarkan saat pagi atau sore hari. Usahakan untuk menghindari penebaran benih di siang hari karena suhu air di siang hari terlalu panas.
Pengikat kantong kemudian dibuka, lalu kantong plastik diposisikan miring ke dalam kolam terpal supaya benih ikan patin berpindah dengan sendirinya. Tiap kolam sebaiknya jangan terlalu padat, ukur kuantitas benih dalam 1 kolam berdasarkan luas kolam tersebut.

3. Pemberian Pakan Ikan Patin

4 JENIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

Proses pembusukan pada ikan disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme, dan oksidasi dalam tubuh ikan itu sendiri dengan perubahan seperti bau busuk, daging menjadi kaku, mata pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh bagian luar. 

Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap/didaratkan sudah akan timbul perubahan yang mengarah pada kerusakan. 

Oleh karena itu, agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka perlu dijaga kondisinya. Proses pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahan ikan dari proses pembusukan, 

sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi.Tujuan utama pengolahan yang menggunakan bahan pengawet juga yakni menghambat aktivitas atau pertumbuhan mikroba, menghambat proses enzimatik, serta memberikan sifat fisikawi yang khas dan memberikan nilai estetika yang tinggi.
 
4 JENIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
Pada dasarnya cara pengolahan yang umum dilakukan dibagi menjadi empat golongan yakni 

1) pengolahan dengan memanfaatkan faktor fisikawi, 

2) pengolahan dengan bahan pengawet, 

3) pengolahan yang memanfaatkan factor fisikawi dan bahan pengawet

4) pengolahan dengan cara fermentasi.
 
- Pengolahan dengan faktor fisikawi 
merupakan pengolahan yang memanfaatkan suhu tinggi atau suhu rendah. Suhu tinggi dalam hal ini digunakan untuk membunuh mikroba kontaminasi yang terdapat pada ikan sekaligus menghentikan aktivitas enzim dalam daging ikan. Misalnya saja dalam proses pengeringan, pengasapan, dan proses sterilisasi yang biasa dilakukan dalam pengalengan ikan. 

Sedangkan pengolahan dengan suhu rendah lebih ditekankan pada tujuan untuk menjaga sifat kesegaran pada ikan. Jadi ikan tersebut dibuat sedemikian rupa agar kondisi kesegarannya dapat dipertahankan selama mungkin. 

Proses tersebut tidak akan menyebabkan matinya mikroorganisme yang ada dalam ikan, tetapi hanya bersifat menghambat aktivitasnya saja. Yang dapat digolongkan dalam metode ini antara lain pendinginan dan pembekuan ikan.
- Pengolahan dengan menggunakan bahan pengawet seperti yang dilakukan dalam proses penggaraman, perendaman dalam larutan asam, dan lain-lain.
- Pengolahan yang memanfaatkan kedua metode diatas atau kombinasi antara pengolahan secara fisikawi dengan pengolahan yang menggunakan bahan pengawet ditujukan untuk lebih meningkatkan mutu dari pengolahan yang dilakukan. 

Selain itu, pengolahan dengan menggunakan kombinasi kedua metode tersebut juga dimaksudkan untuk mencegah resiko kerusakan yang lebih besar pada bahan, lebih meningkatkan faktor keamanan terutama terakit dengan masalah kesehatan, serta dapat meningkatkan rasa yang lebih baik atau khas terhadap bahan yang diolah. 

Misalnya saja sebelum ikan dipanaskan (umpamanya dijemur) terlebih dahulu diberi pengawet. Bahan pengawet bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Setelah itu ikan dipanaskan, maka prosesnya akan menjadi lebih baik bila dibandingkan hanya dengan dipanaskan atau diberi pengawet saja.
 
- Pengolahan dengan cara fermentasi adalah pengolahan yang bersifat mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi dan memiliki sifat-sifat berbeda dari keadaan semula. Contoh pengolahan dengan cara fermentasi adalah pembuatan terasi, tepung ikan, kecap ikan, dan lain-lain. 


Teknik Pemanenan dan Pasca Panen

Teknik pemanenan dan pasca panen merupakan salah satu topik yang harus dikuasai oleh para pembudidaya ikan. Pemanenan yang tidak dilakukan dengan benar dapat membuat organisme budidaya rusak. Demikian pula dengan pasca panen yang tidak diperhatikan dapat mengakibatkan produk akuakultur menjadi cepat busuk, mati, susut, dsb. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas kerangka umum mengenai teknik pemanenan dan pasca panen khususnya dalam bidang akuakultur.

Teknik Pemanenan


Dalam akuakultur pemanenan dapat diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan hasil dari budidaya yang telah dilakukan, baik itu sebagian ataupun keseluruhan dari ikan yang sudah dibudidayakan. Pemanenan bukan hanya diistilahkan untuk ikan konsumsi, melainkan juga untuk larva ataupun bibit hasil dari pendederan dan bahkan panen pakan alami. 

Pemanenan Total dan Parsial   


Kapan saat yang tepat untuk melakukan panen? Pada umumnya, panen dilakukan di akhir pemeliharaan sesuai dengan tahapan produksi. Jika proses produksinya adalah pembenihan maka output yang diharapkan pada saat panen adalah benih ikan dan prediksi waktu panennya perperiode relatif lebih singkat sekitar satu sampai dua bulan. Jika dalam kegiatan produksinya adalah pendederan maka prediksi waktu panennya adalah sekitar satu sampai dua bulan dan outputnya adalah benih ukuran lebih besar dari tahap pembenihan. Pada tahap produksinya adalah pembesaran ikan maka prediksi waktu panennya adalah relatif  lebih lama berkisar antara tiga sampai empat bulan, karena output yang diharapkan adalah ikan air tawar berukuran konsumsi. 

Akan tetapi, pada kenyataannya panen tidak selalu dilakukan di akhir pemeliharaan. Adakalanya panen dilakukan pada pertengahan tahap budidaya. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi ikan yang dibudidayakan ataupun faktor eksternal misalkan harga dan permintaan pasar. Suatu contoh, pada saat hari raya bahan-bahan kebutuhan pangan harganya naik, begitupun harga ikan. Pada momen ini, panen dapat dilakukan dengan mempertimbangkan harga pasar setelah menghitung untung-rugi jika panen dilakukan di akhir pemeliharaan. 

Panen pun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu panen total atau panen parsial. Panen total adalah kegiatan memanen keseluruhan ikan yang dibudidayakan, sedangkan panen parsial adalah kegiatan menanen sebagian ikan hasil budidaya. Pelaksanaan panen parsial biasanya didasarkan pada harga yang sedang bagus ataupun alasan subyektif dari pembudidaya, misalnya untuk menambah kas masuk dan kebutuhan mendesak. Faktor penyakit juga dapat dijadikan pertimbangan untuk menyelamatkan ikan yang sedang dibudidayakan.


Pada gambar grafik pertumbuhan ikan di atas, dapat diambil keputusan kapan waktu yang tepat untuk dilakukan panen. Pada umumnya, panen dilakukan pada saat puncak pertumbuhan optimum, yaitu saat pertumbuhan ikan mengalami kenaikan signifikan sebelum pertumbuhan turun. Sesuai dengan grafik di atas, maka panen sebaiknya dilakukan pada bulan ke 6. Panen pada bulan tersebut diharapkan akan memberikan keuntungan yang maksimum karena data pertumbuhan berada pada puncak produksi.

Adakalanya panen tidak memperhatikan grafik pertumbuhan, tidak juga ukuran konsumsi, melainkan permintaan pasar. Contoh kasus baby fish atau ikan mas ukuran dua jari yang dipanen pada kisaran umur dua bulan dari larva jelas tidak didasarkan pada grafik pertumbuhan ikan, tapi lebih kepada permintaan pasar. Ikan ukuran tersebut bukan untuk bibit tapi memang dipanen sebagai ikan konsumsi. Jadi, banyak sekali faktor yang menjadi alasan kenapa dan kapan ikan dipanen.

Peralatan Panen 


Untuk dapat melakukan panen, maka diperlukan alat-alat untuk melakukan pemanenan. Peralatan yang digunakan juga disesuaikan dengan ikan yang dibudidayakan, baik spesies ataupun tahapan proses budidaya, misalnya panen benih. Jadi, peralatan panen akan berbeda untuk spesies tertentu dan berbeda pula pada tahapan proses budidaya. 

Untuk memanen benih, tentu saja dibutuhkan jarring, atau serokan yang lembut. Tujuan dari penggunaan jaring yang lembut yaitu agar tidak melukai tubuh ikan. Berbeda dengan benih, untuk ikan konsumsi dapat digunakan jaring dengan ukuran mata yang besar.



Spesies ikan yang berbeda adakalanya membutuhkan alat panen yang berbeda pula. Contohnya, jaring yang digunakan untuk memanen ikan nila konsumsi dapat digunakan untuk memanen ikan bawal konsumsi, tapi tidak untuk sebaliknya. Ikan nila membutuhkan jaring yang halus agar sisiknya tidak terlepas sedangkan untuk ikan bawal penggunaan jaring bermata besar dapat ditolerir.
Berikut ini adalah peralatan-peralatan yang seringkali digunakan untuk memanen ikan konsumsi dan bibit :
a. Serokan
b. Jaring
c. Timbangan
d. Korang/ ember lubang
e. Pompa air
f. Plastik
g. Baskom
h. Centong

Aspek teknis   


Aspek teknis dalam pemanenan seringkali diabaikan oleh para pembudidaya pemula. Tidak adanya persiapan yang memadai pada akhirnya akan memperlama waktu panen. Panen yang seharusnya berlangsung cepat menjadi lama. Pada ujungnya, ikan menjadi stress dan berpotensi susut bobot, penampilan tidak menarik, banyak luka, ataupun lepas sisik. 

Panen yang baik harus memperhatikan aspek teknis sesuai dengan komoditas yang dibudidayakan. Pemilihan waktu panen untuk menghindari stres, kesesuaian dan ketersediaan peralatan panen, pengorganisasian SDM untuk panen harus sudah tertata sedemikian rupa sehingga panen yang dilakukan dapat berjalan dengan cepat, tepat, dan efisien. 

Aspek teknis dalam perusahaan yang sudah profesional biasanya tersedia dalam bentuk SOP (standart operating procedure). Didalamnya terdapat list alat-alat yang harus disiapkan, bahan, waktu panen, serta proses panen dari satu kegiatan ke kegiatan selanjutnya. Pembagian tugas saat dilakukan pemanenan biasanya juga sudah diplot untuk orang per orang.


MEMANEN HASIL BUDIDAYA IKAN

Salam Inspiratif, Kepada bapak ibu pembudaya ikan dan pendidik jurusan perikanan bahwa panen adalah akhir dari proses kegiatan usaha budidaya ikan. Para pembudidaya ikan akan tersenyum kala proses panen tiba apalagi penjualan ikan harga menjadi bagus.

Dalam proses kegiatan usaha budidaya yang dilakukan oleh petani dan pelaku usaha yang bergerak pada perikanan budidaya yakni pembenihan dan pembesaran ikan.

Pemanenan pada usaha pembenihan juga dibagi dalam beberapa tingkatan berdasarkan stadia ukuran benih ikan yang akan dijual. Misalkan pemanenen benih pada ukuran 3-5 cm, 5-7 cm, 8-10 cm dan 10-12 cm. Sedangkan pemanenan pada pembesaran dilakukan setelah ikan mencapai ukuran kosumsi, yakni 5-8 ekor/kg atau 1-4/kg. Pada proses memanen hasil budidaya ikan yang harus diperhatikan adalah pemanenan dan penanganan pascapanen.

A. PEMANENAN

Pemanenan hasil budidaya ikan baik pada pembenihan maupun pembesaran pada prinsipnya hampir sama, tetapi khusus untuk pembenihan harus dilakukan dengan cara ekstra hati-hati karena ikan berukurannya masih kecil.Pada pemanenan hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Cara Panen


Pengecekan saat mau panen
Cara panen adalah proses pengambilan ikan, baik keseluruhan dan sebagian dari kolam dipindah ketempat lain untuk siap dipasarkan. Cara panen prinsip semua ikan hampir sama yakni dengan mengeluarkan air dari kolam ikan dan setelah air berkurang ikan baru ditangkap.
 
Proses pengambilan ikan
Tapi ada beberapa ikan dan udang yang berbeda perlakukannya. Misalnya, panen pada ikan mas akan tidak sama perlakuannya dengan panen belut atau udang.
Pemanenan dapat dilakukan sebagian atau semuanya. Panen sebagian adalah dengan cara mengurangi air kolam kemudian ikan yang diinginkan baik jenis dan ukuran dipanen,sedangkan ikan yang ditinggal dapat dipelihara lagi. Pemanenan sebagian biasanya banyak pada budidaya benih ikan. Sementara panen keseluruhan adalah setelah air dikeluarkan dari kolam, semua ikan ditangkap atau di panen. Untuk menghindari jumlah ikan yang mati atau mengalami kerusakan fisik, proses pemanenan harus dilakukan secara hati-hati. Ikan yang mengalami kerusakan dapat memperlemah kondisi tubuh ikan tersebut sehingga sangat berpengaruh terhadap daya hidupnya ikan tersebut.

2. Waktu Panen

Menimbang hasil panen
Kegiatan pemanenan sebaik dilakukan ketika suhu tidak tinggi ata sinar matahari sedang teduh, biasanya itu yang tepat adalah pagi hari ( 05.00 - 08.00 ) dan sore hari ( 15.00 - 18.00 ). Pelaku usaha budidaya ikan atau udang dan petani ikan untuk melakukan panen memilih serta memperkirakan sendiri yang terbaik. Pemanenan jangan sampai dilakukan saat terik matahari akan menyebabkan ikan kondisinya melemah atau mati. Ikan yang kepanasan, metabolisme tubuhnya akan terpacu sehingga kebutuhan oksigen menjadi tinggi. Bila oksigen yang dibutuhkan ikan dalam jumlah terbatas akan menyebabkan strees dan lemah.





3.Umur panen 

Umur  ikan pada waktu dipanen tergantung keinginan yang membudidayakan. Biasanya pembudidaya memanen ikan setelah memperhatikan permintaan pasar.  Jenis usaha yang banyak dilakukan oleh petani atau pelaku usaha kebanyakan adalah pembenihan karena waktu pemeliharaannya dibanding pembesaran, karena rata2 petani terbentur dengan modal.


Umur ikan pada waktu dipanen tergantung dari hal-hal sebagai berikut :
  1. Jenis Ikan ; Jenis ikan yang memiliki pertumbuhan tubuh cepat besar tentu umur panennya juga akan berbeda dengan jenis ikan yang memiliki pertumbuhan  relatif lama.
  2. Ukuran Ikan ; Ikan ukuran benih yang akan dipanen memiliki umur yang lebih muda daripada ikan ukuran konsumsi.

Beberapa contoh jenis ikan kosumsi yang dipanen adalah sebagai berikut :
  1. Gurame berat awal dibudidayakan 100 gr, umur panen 6 - 18 bulan, dengan berat akhir 300 - 700 gr
  2. Lele dumbo  berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 5 - 8 bulan, dengan berat akhir 100 - 200 gr
  3. Patin berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 4 - 6 bulan, dengan berat akhir 700 - 800 gr
  4. Belut berat awal dibudidayakan 10-20 gr, umur panen 4 bulan, dengan berat akhir 40 - 100 gr
  5. Mujair berat awal dibudidayakan 20 gr, umur panen 3-4 bulan, dengan berat akhir 200 - 250 gr
  6. Bawal berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 3-4 bulan, dengan berat akhir 200 - 300 gr
  7. Nila berat awal dibudidayakan 10 gr, umur panen 4 - 12 bulan, dengan berat akhir 150 - 800 gr

B. PENANGANAN PASCAPANEN

Setelah selesai  melalui proses pemanenan langkah selanjutnya yang dilakukan adalah penanganan pascapanen terhadap benih maupun ikan kosumsi yang dihasilkan. Penanganan pascapanen merupakan penanganan ikan setelah diambil dari media hidupnya mulai dari pengemasan hingga pengikirimannya.

Dua penanganan pascapanen ikan yang dilakukan yakni untuk ikan dalam kondisi mati dan ikan dalam kondisi hidup. Penanganan pada kondisi ikan mati  harus dapat mempertahankan mutu kesegarannya supaya ikan tidak rusak atau menurun mutunya.


Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain :
  1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka
  2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dari lendir
  3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. 

Tahapan menjaga kesegaran Ikan menggunakan Es,garam atau Freezer yang sering dipakai oleh para pembudidaya ikan  adalah :
  1. Es yang digunakan  bisa berbentuk bongkahan, pecahan, atau curah. 
  2. Penggunaan es sebagai pendingin minimal perbandingan yang paling ideal antara es dan ikan adalah 1 : 1. 
  3. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm dan diatasnya disusun ikan setebal 5-10 cm, lalu diberi es lagi dan seterusnya. 
  4. Antara dinding kotak dan ikan diberi es dan begitu juga antar ikan dengan penutup kotak. Kondisi tersebut harus selalu dijaga. 
  5. Sementara penambahan garam pada upaya mempertahankan mutu ikan segar adalah dengan ukuran  berkisar 2,5 - 10 % dari berat es. 
  6. Penambahan garam tidak boleh sedikit atau banyak karena bila terlalu sedikit akan menumbuhkan bakteri pada ikan, sedangkan bila terlalu banyak akan menyebabkan ikan mejadi masin. 
  7. Penggunaan Frezeer dalam penanganan  ikan pascapanen sebenarnya sangat dianjurkan tetapi biaya yang dikeluarkan oleh petani ikan terlalu mahal dibandingkan dengan penggunaan es.

Sementara itu,  penanganan untuk ikan yang dipanen dalam kondisi hidup biasanya berupa ikan berukuran benih dan ikan kosumsi. Keuntungan dari penanganan ikan dalam kondisi hidup antara lain lebih mudah  dan biayanya cenderung murah karena tidak membutuhkan perlakuan tambahan untuk mempertahankan mutu ikan.

Sebelum dipasarkan, sebaiknya para pembudidaya dan pelaku usaha perikanan melakukan proses sortasi terhadap benih atau ikan kosumsi yang dipanen, baik dalam keadaan mati segar atau hidup.  Hal ini karena pedagang yang membeli lebihn menyukai bila ikan yang dibelinya telah seragam ukuranya.


Keuntungan dari proses sortasi antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Harga ikaan yang disortasi akan lebih baik
  2. Penawaran harga lebih jelas sesuai dengan grade/ukuran ikan
  3. Dapat  menyeleksi ikan yang mati, tidak segar, terkena penyakit atau cacat
  4. Untuk ikan hidup, pada waktu dilakukan pengangkutan mengurangi terjadi persaingan yang berarti dalam memanfaatkan media hidup antara sesama ikan
  5. Menguntungkan bagi pembeli bila ikan berwujud benih yang akan dibudidayakan lagi.

1. Pengemasan

Pengemasan  adalah suatu cara untuk membuat ikan dalam kondisi nyaman, tidak rusak, mudah,praktis dan tidak mengganggu kondisi sekitarnya, yakni selama pengangkutan atau pengiriman. Kegiatan pengamasan harus dilakukan hati-hati terutama untuk mengangkut ikan dalam kondisi hidup karena ikan ini harus mampu hidup dan kondisi fisiknya bagus sampai ke pembeli.

Pada proses pengemasan ikan hidup memerlukan keahlian dan perhitungan yang matang, terutama pada pengamasan ikan hidup dengan sistem tertutup. Cara pengamasan ikan hidup mempunyai dua cara yakni sistem terbuka dan sistem tertutup.


A. Sistem terbuka

Sistem terbuka yaitu ikan yang diangkut dengan wadah atau tempat yang media airnyaa masih berhubungan dengan udara bebas. pengangkutan sistem ini biasanya digunakan untuk jarak dekat dan membutuhkan waktu tidak lama. Pada sistem pengamasan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan  adalah :
  1. Difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung 
  2. Dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator 
  3. Dapat dilakukan pengantian air sebagian selama di perjalanan.

Kelemahan  adalah  : 
  1. Guncangan air yang terlalu keras selama diperjalanan dapat membahayakan ikan 
  2. Bidak bisa dilakukan pengiriman lewat pesawat

    B. Sistem Tetutup

    Sistem tertutup yaitu pengemasan ikan hidup yang dilakukan  mengunakan wadah tertutup, udara dari luar tidak bisa masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan pada jarak yang jauh. Pada sistem pengemasan tertutup harus cermat dalam perhitungan kebutuhan oksigen dengan lama waktu perjalanan, dan juga penambahan bahan dalam media sistem ini juga diperhatikan. Penambahan bahan pada media pengemasan tergantung pada jenis ikan tertentu yang akan dikemas. Pada sistem ini juga mempunyai kelemahan dan kelebihan.

    Kelebihan adalah :
    1. Media air tahan terhadap goncangan selama pengangkutan 
    2. Dapat dikirim melalui pesawat terbang
    3. Mudah penataan dalam pemanfaatan tempat selama pengangkutan

    Kelemahan  adalah 
    1. Media air tidak dapat bersentuhan dengan udara luar secara langsung sehingga tidak ada tambahan oksigen 
    2. Tidak dapat dilakukan pengantian air  

      Catatan : cara pengemasan ikan baik sistem tertutup maupun terbuka terutama pada benih harus ekstra hati-hati dan perlakuan sangaat khusus. Dan cara pengemasannya, bahan dan peralatan yang dibutuhkan tergantung pada ikan/udang tertentu yang akan dikemas. Ini ada  pada LKS
       

      2. Pengangkutan

      Pengangkutan ikan baik benih maupun kosumsi dalam keadaan hidup, mati segar dapat dilakukan pengangkutan melalui jalur darat, laut dan udara. Pengangkutan jarak jauh lebih baik mengunakan pesawat terbang saja karena waktu tempuh lebih cepat. Tujuannya agar ikan cepat sampai tujuan dan tidak mengalami stress. 

      Dalam pengangkutan ikan hidup, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,yakni :
      1. Jenis ikan, Jenis ikan gurame akan berbeda dengan labster dalam pengemasan
      2. Ukuran ikan, Ukuran ikan akan menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan dan kepadatan yang dibutuhkan dalam pengemasan
      3. Kepadatan ikan yang akan mempengaruhi sarana pengangkutan
      4. Sistem kemasan, kemasanya bisa mengunakan sistem tertutup atau terbuka
      5. Jarak tempuh, jarak yang jauh perlu mempertimbangkan sarana transportasi dan sistem kemasan
      6. Suhu harus dapat dipertahankan mendekati suhu normal. Untuk mepertahankan suhu sebaiknya diberi pecahan es batu disekitar media kemasan dengan perkiraan 10% dari banyaknya air media dalam kemasan.

      Contoh Pengangkutan beberapa jenis ikan :
      1. Ikan Nila, ukuran 3-5 cm kepadatan 1000 ekor, ukuran 5-8 cm kepadatan 600 ekor dan ukuran 8-12 cm kepadatan 300 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik.
      2. Ikan Lele, ukuran 8-12 cm kepadatan 250-350 ekor, sistem pengemasan tertutup dan wadah yang digunakan kantong plastik. Sedangkan ukuran yang sama tetapi sistem pengemasan terbuka, wadah yang dipakai jirigen.
      3. Ikan Patin, ukuran 2-3 cm kepadatan 2000 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik. Sedang ukuran yang sama tetapi sistem pengemasannya terbuka mengunakan drum 200 liter dilengkapi oksigen dengan kepadatan 15.000 - 20.000 ekor
      4. Ikan Belut, semua ukuran, kepadatan 2/3-3/4 volume jirigen ataau kantong plastik, sistem pengemasan tebuka serta wadah yang digunakan kantong plastik/jirigen.
      5. Ikan Lobster, ukuran 1-2 cm kepadatan 500-1000 ekor, sistem pengemasan tertutup serta wadah yang digunakan kantong plastik. 


      Untung Besar dari Bisnis Budidaya Lobster Air Tawar

        Memiliki warna biru yang cerah disertai bentuk tubuh yang terlihat kekar dan anggun menjadikan lobster air tawar menarik dijadikan hiasan ...