Rabu, 11 Desember 2019

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KOI


Beberapa jenis penyakit yang menyerang ikan Koi dan cara pengobatannya, antara lain :

White Spot
Penyakit White Spot ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh ikan. Mula-mula bintik muncul di permukaan badan lalu meluas ke bagian tubuh lain, misalnya ke insang.
Koi yang terkena penyakit bintik putih dapat diobati dengan menaikkan suhu air kolam sampai berapa derajat dari suhu awal. Untuk pengobatan kimia, air kolam bisa ditambahkan dengan 0,5 gram Metheline Blue (MB)/1 ton air. Sedangkan untuk pengobatan secara alami dapat menggunakan ekstrak dari daun sirih atau kunyit. Koi yang terserang penyakit ini direndam ke dalam larutan ekstrak daun sirih atau kunyit yang telah dicampur dengan air bersih selama kurang lebih 1 jam.

Parasit Lernea
Parasit lernea lebih populer disebut “cacing jangkar”. Parasit ini dapat dilihat dengan mata telanjang, biasanya ditemukan menempel pada bagian luar tubuh ikan atau pada insang.
Untuk pengobatan secara kimianya sebaiknya koi yang terserang parasit diobati dengan larutan Formalin atau Dephterex dengan dosis 25 ppm melalui perendaman selama 10 menit yang dilakukan 2 – 3 kali setiap 2 hari sekali. Sedangkan untuk pengobatan secara alami dapat menggunakan Daun Sirih atau Kunyit dengan cara ikan yang sakit direndam dalam larutan ini yang telah dicampur dengan air bersih.

NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN
KIMIA
ALAMI
1.












2.
White spot












Parasit lernea
Air kolam di tambahkan 0,5 g Metheline Blue (MB) / 1 ton air.










Perendaman dengan larutan Formalin atau Dephterex dengan dosis 25 ppm selama 10 menit yang di lakukan 2-3 kali dalam 2 hari,
Menggunakan ekstrak daun sirih atau kunyit, dengan cara daun sirih dan kunyit di campur dengan air bersih, dan koi yang terserang penykit di rendam dalam larutan tersebut selama 1 jam. 
Menggunakan daun sirih atau kunyit yang telah di campur dengan air bersih



DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perikanan DKI Jakarta, “Pengangkutan Ikan Hidup” (Jakarta: 1987).
Pelealu N. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru, “Ikan Koi”. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.

Widjanarko, B. “Ikan Koi ’Tukang Tes’ Limbah Industri”. Suara Karya : 1989.


PEMBENIHAN IKAN SUMATERA


Sebagai ikan yang terancam punah, ikan sumatera dilindungi dan diawasi oleh pemerintah. di perairan alami. Namun sekarang ikan sumatera masih dicari dan diburu orang secara illegal untuk diperdagangkan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ikan sumatera adalah serangan penyakit. Secara alami, ikan sumatera sudah memiliki sistem pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya patogen, yaitu :
·         Gabungan kulit, sisik, dan lendir yang berfungsi untuk menahan masuknya bahan yang bersifat toksik (racun). 
·         Sistem sel darah putih dan organ tubuh ikan, seperti hati yang mampu menetralisir bahan-bahan yang bersifat toksik.
·         Vaksinasi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menghambat masuknya penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.
Pemicu munculnya penyakit pada ikan sumatera ada tiga, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi aikan yang lemah. Bila ikan terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.

Sistematika
          Sistematika ikan Sumatera menurut Pinus Lingga dan Heru Susanto adalah sebagai berikut :
·         Kelas            : Pisces
·         Ordo            : Malacopterygii
·         Famili           : Cyprinidae
·         Genus                    : Puntius
·         Species         : Puntius tetrazona
·         Asal             :  Sumatera
·         Nama Inggris          :  Tiger Barb

Morfologi
          Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan  Sumatera:
  • Bentuk bada memanjang, pipih kesamping
  • Warna dasar tubuhnya tampak putih keperakan
  • Pada bagian atas tubuhnya terlihat warna agak sawo matang dengan corak hijau
  • Pada bagian sisi badanya berwarna kemerah-kemerahan
  • Terdapat empat garis berwarna hitam kebiruan yang memotong badanya
  • Sirip punggung mempunyai garis yang berwarna hitam sama halnya dengan sirip-sirip yang terdapat pada bagisn yang lainya.

Habitat dan Penyebaran
Dihabitat aslinya sumatera hidup diperairan tawar. ikan menyukai sungai yang berarus lambat atau sedang dan rawa atau danau yang berkedalaman 2-3 meter. Ikan sumatera lebih menyukai danau yang dasarnya berlumpur, banyak ditumbuhi tanaman air, dan ber-pH agak asam.
Daerah penyebaran ikan sumatera yaitu  perairan Riau, Jambi, Medan, dan Kalimantan.

Pemilihan Induk
          Sebelum ikan Sumatera dipijahkan sebaiknya calon induk diseleksi terlebih dahulu. ikan yang akan dijadikan induk harus benar-benar berkualitas. Calon induk arwana hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
·         Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing dan warna yang agak tua
·         Sedagkan pada induk betina memilki tubuh yang lebih montok dengan warna yang tidak menyolok
·         Induk jantan memiliki warna hidung yang merah cherry
·         Pada induk betina lebih kelihatan perut yang membulat dengan terisi telur yang padat
·         Induk-induk yang dipilih harus sudah mencapai ukuran cukup besar, kurang lebih 4-6 cm, dan sudah meiliki umur yang cukup yaitu berkisar antara 5-6 bulan

Teknik Pemijahan
          Bak atau akuarium pemijahan dibersihkan dan di isi air setinggi 30 cm, tanaman air dibersihkan dan disusun pada tempat pemijahan setelah dipasangi pemberat berupa pecahan genteng. Setelah bak pemijahan siap, induk yang telah diseleksi dimasukan pelan-pelan dan hati-hati usahakan pagi hari. Dengan luas bak 2m dapat dikawinkan sebanyak 40 pasang, dengan perbandingan jumlah jantan 1:1 jika menggunakan akuarium sebaiknya  tidak lebih dari 4 pasang
          Biasanya ikan Sumatera akan memijah pada siang hari, jika pada waktu memilih induk benar-benar dapat yang bagus, kalaupun meleset pada hari berikutnya akan memijah. Telur-telur akan dikeluarkan berserakan tampa ada usaha dari induk untuk menempatkanya ditempat yang pantas, sebagian telur akan melekat pada tanaman air dan sebagiaa terjatuh kedasar pada tempat pemijahan. Setelah proses pemijahan selesai maka induk dapat dipindahkan ketempat perawatan induk, dan telurnya dapat ditetaskan pada tempat pemijahan
          Telur-telur yang telah dibuahi kalau ada yang tidak sempat kena sperma maka akan mati. Dua hari kemudian maka benih-benih ikan ini akan berenag bebas dan mulai harus disediakan makanan setelah umur 4 hari, makanan pertama yang pantas jadi santapanya adalah Infusoria. Kemudian meningkat kutu air yang disaring  sebelum akhirnya diberi ktu air yang kasar dang cacing sutera, pemberian makan diberikan rutin.

Pembesaran
          Pembesaran benih dilakukan ditempat benih tersebut di tetaskan, setelah 4 hari terhitung setelah memijah maka binih sudah harus diberi makanan tambahan yang cocok dengan kondisinya. Dan pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 3-4 hari sekali dengan menyipon ½ atau 2/3 air yang dipakai untuk menggantinya dan tidak boleh air langsung dari sumur, air harus di diamkan paling tidak sehari semalam pergantian ini sudak dilakukan pada saat benih berumur dua minggu sampai pada akhirnya benih dipindahkan ditempat yang lebih besar atau dikurangi kepadatannya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Budidaya Ikan Air Tawa. Departemen Pertanian Jakarta.
http://gendulet.blogspot.com/2012/06/cara-pemijahan-ikan-sumatra-sob.html
Ridwan Teuku. 2004,  Laporan KIPA Pengembangan Agribisnis Ikan Sumatera. Bogor.
Shaleh T.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Sumatera Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru dan Lingga Pinus. 1987, Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.  Jakarta.



Sumber : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/pembenihan-ikan-sumatera.html

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN SUMATERA


Jenis-Jenis Penyakit Yang Menyerang Ikan Sumatera
          Penyakit yang biasa menyerang ikan sumatera adalah sebagai berikut :
a.   Penyakit Bintik Putih
·         Penyebab
Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab pemyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
·         Gejala
Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Ikan  yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.

b.   Penyakit Penducle
·         Penyebab
Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 16C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila  yang berukuran sekitar 6 mikron.
·         Gejala
Ikan hias Sumatera yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

C. Penyakit Edward Siella
·         Penyebab
Penyebabnya adalah bakteri Edward siella terda  yang berukuran sekitar 0,5-0,75 mikron.
·         Gejala
Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan pendarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah. Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.

D. Penyakit Gatal
·         Penyebab
Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.
·         Gejala
Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.

Cara Pengobatan dengan Bahan Kimia
          Untuk mengetahui cara pengobatan iakn hias sumatera yang terserang penyakit dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Penyakit yang disebabkan oleh parasit
NO
NAMA PENYAKIT
PENGOBATAN
1.
Bintik putih
·         Ikan dicelupkan dalam larutan garam dapur sebanyak 1-3 gram/100 cc air selama 5-10 menit.
·         Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali didalam 4 liter air.
·         Pengobatan dengan bahan alami dengan menggunakan daun sambiloto, dosis 10 liter air dan 10 lembar daun sambiloto rendam selama 24 jam.
2.
Gatal
·         Ikan hias Sumatera yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit.
·         larutan Malacyte Green Oxalate (MGO) 19 gram/m3 air selama 24 jam.


Tabel 2. penyakit yang disebabkan oleh bakteri
NO
NAMA PENYAKIT
PENGOBATAN
1.
Penducle
·         Merendam ikan  yang sakit di dalam oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100 mg/l).
·         Makanan dicampur dengan sulfixazole. Dosis yang digunakan adalah 100 mg sulfixazole untuk setiap 1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan sulfixazole tersebut dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian didinginkan. Setelah kering, pakan diberikan berturut-turut selama 10-20 hari.
2.
Edward siella
·           Pengobatan dengan bahan kimia dapat dilakukan dengan mencampur Sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg untuk setiap 1 kg berat ikan. Sulfamerazine tersebut diencerkan di dalam 1 m3 air bersih dan disemprotkan kepakan. Pakan didinginkan hingga kering dan diberikan kepada ikan  berturut-turut selama 3 hari.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Budidaya Ikan Air Tawa. Departemen Pertanian Jakarta.
Ridwan Teuku. 2004,  Laporan KIPA Pengembangan Agribisnis Ikan Sumatera. Bogor.
Shaleh T.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Sumatera Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru dan Lingga Pinus. 1987, Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.  Jakarta.



Sumber : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/penanganan-hama-dan-penyakit-pada-ikan_12.html

POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN JAMBAL SIAM


Klasifikasi Ikan Jambal Siam
Klasifikasi ikan jambal siam menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Ordo                     : Ostariophysi
Sub Ordo              : Siluroidea
Famili                   : Pangasidae
Genus                   : Pangasius
Spesies                 : Pangasius hypophthalmus sauvage
NamaInggris        : Catfish
NamaLokal           : Jambal siam dan Lele Bangkok


Morfologi
Ikan ini mempunyai ciri-ciri berbadan pipih dan memanjang, mulut subterminal dengan 4 kumis, sirip punggung mempunyai duri yang bergerigi, bersirif tambahan . terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal ekor. Sirip ekor bercagak dengan tepi berwarna putih. Warna badan kelabu kehitaman, sirip anal putih dengan garis hitam ditengah.

Pembesaran
            Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan jambal siam dikeringkan 3 – 5 hari sampai tanah dasar retak – retak. Maksud pengeringan adalah untuk membunuh bibit penyakit yang ada dikolam tersebut,serta untuk memudahkan pekerjaan pemupukan, perbaikan pematang yang bocor, dan pengolahan tanah dasar kolam.
            Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton yang dibutuhkan ikan jambal siam saat ditebarkan, kolam harus dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang. Jenis pupuk kandang serta dosis yang digunakan untuk kolam pembesaran yaitu sama dengan kolam pendederan.
            Selanjutnya kolam diisi air secara bertahap. Pada hari pertama ketinggian air 20 cm selanjutnya ditambah hingga mencapai ketinggian minimal 100 cm. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan agar pupuk dapat bereaksi dengan sempurna, hingga plankton dapat tumbuh sesuai dengan yang diharapkan.
            Penebaran benih baru dapat dilakukan setelah persiapan kolam dilakukan dasn plankton dipastikan telah tumbuh. Penebaran benih dil;akukan secara hati – hati dengan cara aklimatisasi suhu air di wadah pengangkutan dengan kolam pembesaran. Jumlah benih jambl siam yang ditebarkan sebanyak 5 ekor/m dengan ukuran 5 – 8 cm per ekor.

DAFTAR PUSTAKA
Daelani, Deden, Agar Ikan Sehat, Jakarta: Penebar Swadaya. 2001.
Harmanto, Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa,  Jakarta, Penebar Swadaya.  2004
Ikan Patin Jambal Andalan Indonesia” dalam warta   Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Volume 22  No.3 Tahun 2000
Nuraeni,Neni,Kegiatan Produksi Benih Patin (Pangasius Hypophthalmus) di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Air tawar Program Diploma III Manajemen
            Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2001
Susanto Heru dan Khairul Amri, Budidaya Ikan Patin,Jakarta : Penebar Swadaya,1997
Supriatna R.O. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Jambal Siam Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


Sumber : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/potensi-pengembangan-budidaya-ikan.html

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN JAMBAL SIAM


Penyakit merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan usaha budidaya ikan jambal siam. Masalahnya, air yang digunakan sebagai media hidup ikan akan mengalami pengotoran, khususnya akibat metabolisme. Keadaan seperti inilah yang akan membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya penyakit ikan.

HAMA
Hama biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat memangsa. Pada usaha budidaya ikan jambal siam, kemungkinan terjadinya serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pendederan atau pembesaran sebab kedua usaha tersebut dilakukan dialam terbuka, seperti dijaring, kolam,atau keramba, sedangkan usaha pembenihan dilakukan diruang tertutup.
Jenis- jenis hama yang dapat menyerang ikan jambal siam adalah linsang (sero), ular air, dan burung. Cara pemberantasan yang paling efektif adalah secara mekanis atau membunuhnya langsung jika hama tersebut ditemukan dilokasi budidaya.

PENYAKIT 
Secara umum, penyakit yang menyerang ikan jambal siam digolongkan kedalam dua golongan. Pertama, penyakit non – infeksi, yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan fatogen. Penyakit ini tidak menular. Kedua, penyakit akibat infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen.
A.    Penyakit non - infeksi
Keracunan dan kekurangan gizi adalah contoh penyakit non – infeksi yang dapat ditemukan pada budidaya ikan jambal siam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan jambal siam keracunan, yaitu pemberian pakan yang kualitasnya kurang baik atau terjadinya pencemaran air media budidaya akibat tumpukan bahan organik atau sampah yang membusuk. Kekurangan gizi umumnya disebabkan pemberian pakan tambahan yang kurang bermutu.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan jika ikan jambal siam keracunan adalah dengan memberikan pakan yang sesuai dengan anjuran. Juga lingkungan budidaya harus tetap dijaga kebersihannya. Sementara itu, agar ikan jambal siam  tidak  kekurangan  gizi,  pakan harus diberikan dalam jumlah cukup serta berkandungan protein tinggi dan dilengkapi dengan vitamin dan mineral.


B.    Penyakit Akibat Infeksi

PENYAKIT
GEJALA
PENGOBATAN KIMIAWI
PENGOBATAN ALAMI
White Spot / bintik putih
adanya bintik – bintik putih dibagian – bagian tubuh seperti di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan insang.

Dengan menggunakan formalin yang mengan dung Malachite Green Oxalate sebanyak 4 gram/liter air dan kemudian direndam selama 12 – 24 jam.
Perendaman dengan menggunakan daun sambiloto, Dosis yang digunakan yaitu 10 lembar/10 lt air selama 7 hari.

Aeromonas sp dan Pseudomonas sp
Pendarahan pada bagian perut, dada,dan pangkal sirip
perendaman yang menggunakan larutan PK (kalium Pemanganat) sebanyak 10 – 2- ppm selama 30 – 60 menit.
menggunakan ekstrak rimpang kunyit.




DAFTAR PUSTAKA

Daelani, Deden, Agar Ikan Sehat, Jakarta: Penebar Swadaya. 2001.
Harmanto, Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa,  Jakarta, Penebar Swadaya.  2004
Ikan Patin Jambal Andalan Indonesia” dalam warta   Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Volume 22  No.3 Tahun 2000
Nuraeni,Neni,Kegiatan Produksi Benih Patin (Pangasius Hypophthalmus) di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Air tawar Program Diploma III Manajemen
            Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2001
Susanto Heru dan Khairul Amri, Budidaya Ikan Patin,Jakarta : Penebar Swadaya,1997

Supriatna R.O. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Jambal Siam Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


Untung Besar dari Bisnis Budidaya Lobster Air Tawar

  Memiliki warna biru yang cerah disertai bentuk tubuh yang terlihat kekar dan anggun menjadikan lobster air tawar menarik dijadikan hiasan ...