Rabu, 23 Oktober 2019

PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN BAWAL


Taksonomi dan Morfologi
 Sistematika ikan bawal  menurut Bryner adalah sebagai berikut :
Filum                : Chordata
Kelas                : Pisces
Ordo                : Cypriniformes
Famili               : Characidae
Genus               : Colossoma
Spesies             : Colossoma Macropomum

 
 Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangankan bagian bawah berwarna putih.  Pada bawal dewasa, bagian bawah sirip ekor berwarna merah, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Dibandingkan dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas.  Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin.  Rahangnya pendek dan kuat serta memeliki gigi seri yang tajam.


Penyebaran dan Habitat
Ikan bawal telah berkembang dan menyebar dari kawasan Amerika selatan sampai Asia Tenggara. Ikan bawal termasuk jenis ikan tawar yang mudah beradaptasi dengna perubahan lingkungan. Ikan bawal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan tenang ataupun mengalir. Ikian bawal juga mudah dibiasakan hidup di perairan yang airnya mengalir deras.

Makan dan Kebiasaan Makan
      Ikan bawal merupakan jenis ikan pemakan segala (omnivora).  Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustasea, Cladoceta, Copepoda, dan Ostracoda. Meskipun ikan bawal tergolong ikan omnivora, dalam pemeliharaannya dapat diberi pakan tambahan berupa pellet, ikan-ikan kecil, dan daging keong mas.

Kebiasaan Berkembang Biak
      Bawal biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan.  Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli.  Sedangkan di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.

Pembenihan Ikan Bawal
1.   Seleksi Induk
Postur tubuh induk betina melebar dan pendek,  warna kulit lebih gelap. Abdomen dan bibir urogenital berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan dan lubang kelamin agak membuka. Sedangkan postur tubuh induk jantan relatif lebih langsing, panjang, dan operkkulumnya agak kasar.
2.   Pemijahan Induk
Pemijahan ikan bawal diawali dengna ovulasi telur induk betina dan sperma induk jantan. Menjelang ovulasi, induk jantan biasanya mengejar dan berenang membuntuti dan menghimpit induk betina. Pemijahan ikan bawal terjadi pada musim penghujan.
3.   Penetasan telur dan Perawatan Larva
Telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam dengan persentase 80 %. Perawatan larva di akuarium atau di kolam selama 14 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2 – 3/4 inci.
4.   Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang siap dijual sebagai ikan hias atau dipelihara di kolam pembesaran.

Pembesaran Ikan Bawal
Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan secara kovensional dikolam besar (luas )tanpa dilakukan pengelolaan pakan dan pembesaran secara intensif yang terkontrol dan di kelolah secara baik.
Pengelolaan pakan secara efisien dapat di kalkulasikan berdasarkan nilai food corversy ration (FCR), yaitu perdandingan jumlah pakan yang diberikan dan berat ikan (daging) yang dipanen (dihasilkan ).  Nilai FCR untuk pembesaran ikan adalah 1- 1,2 Artinya, jumlah (berat) pakan yang diberikan hampir sebanding berat ikan yang dihasilkan. 
Ikan bawal yang dipelihara kolam bersifat garang, cenderung ganas (buas), dan suka menyerang ikan-ikan lain , terutama ikan –ikan yang lemah dan berukuran kecil oleh karena itu,pembesaran ikan bawal  di lakukan secara monokultul dikolam tertutup atau kolam tenang tanpa penggantian air atau kolam air mengalir, termasuk air deras dan jala apung yang di pasang di pinggir waduk (danau).



DAFTAR PUSTAKA

Abaas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya  Ikan Bawal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Arie Usni. 2000.  Budidaya Bawal Air Tawal.  PT  Penebar Swadaya,   Jakarta.
Suryati dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bawal Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Wijayakusumah, H. dkk, TANAMAN BERKHASIAT OBAT DI INDONESIA. Penerbit Pustaka Kartini


Sumber : http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/07/pembenihan-dan-pembesaran-ikan-bawal.html

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN BAWAL


Ikan bawal berasal dari Amerika Selatan. Ikan bawal merupakan salah satu jenis ikan air tawar tersebar dari golongan ikan neotropik.  Pertumbuhan ikan bawal relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lain. 
          Budidaya ikan bawal tidak sulit.  Ikan ini dapat dibudidayakan di kolam tertutup atau tergenang dan kolam air deras dan dipelihara dalam jala (jaring) apung yang dibangun di pinggir waduk atau danau dan perairan umum. 
          Pemijahan ikan bawal di kolam hanya dapat dilakukan dengan cara hypofisasi atau rangsangan hormon (induce spawing) menggunakan ekstraks kelenjar hypopisa, ovaprim.  Selanjutnya, induk yang telah dirangsang dipijahan secara alami ataupun dilakukan striping atau ovulasi buatan.
          Kendala utama budidaya ikan bawal adalah serangan parasit.  Berdasarkan pengamatan di kolam pemeliharaan ikan bawal menunjukkan bahwa sebagian terbesar kasus-kasus serangan parasit terjadi pada saat awal pemeliharaan atau fase perkembangan benih ikan.  Parasit yang seringkali menyerang benih ukuran sedang adalah Ichthyopthirius, Trikodina.

Tabel 1. Penyakit yang sering Menyerang di Lokasi Pembenihan
PENYAKIT
GEJALA
PENGOBATAN KIMIAWI
PENGOBATAN TRADISIONAL
1. Parasit

Penyakit Bintik Putih / White Spot disebabkan oleh protozoa IchthyphItirius multifiliis



Malas berenang, sering mengapung di permukaan air, terlihat bintik putih di bagian sirip, tutup insang, permukaan tubuh, dan ekor.


Direndam  formalin 400 ppm dan malachyt green 0,1 ppm selama 1 jam
direndan dalam air mengalir pelan



Direndam dengan daun miana 7-10 lembar yang direbus dengan 3 gelas air selama 3 x sehari.

2. Parasit

Disebabkan oleh parasit Trichodina spp


Benih lemah dan kurus, kelihatan gatal dan sering menggosok pada benda lain



Direndam  formalin dengan dosis 200 ppm selama 30 menit
Direndam  malachyt green dengan dosis 0,1 ppm selama 24 jam



Direndam dengan daun miana 7-10 lembar yang direbus dengan 3 gelas air selama 3 x sehari.



Tabel 2. Penyakit yang sering Menyerang di Lokasi Pembesaran
PENYAKIT
GEJALA
PENGOBATAN KIMIAWI
PENGOBATAN TRADISIONAL
1.Parasit
Disebabkan oleh cacing Dactylogyrus sp dan parasit Gyrodactylus sp


Kulit kusam , sirip rontok,  ikan mengosokan tubuh pada benda padat (substrat), operkulum merenggang

Direndam  formalin dengan dosis 200 ppm selama 30 menit
Direndam 
  Direndan dalam air mengalir pelan


Direndam dengan daun miana 10-15 lembar yang direbus dengan 5 gelas air selama 3 x sehari.

2. Parasit

Disebabkan oleh parasit Trichodina spp


Benih lemah dan kurus, kelihatan gatal dan sering menggosok pada benda lain



Direndam  formalin dengan dosis 200 ppm selama 30 menit
Direndam  malachyt green dengan dosis 0,1 ppm selama 24 jam



Direndam dengan daun miana 10-15 lembar yang direbus dengan 5 gelas air selama 3 x sehari.



DAFTAR PUSTAKA

Abaas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya  Ikan Bawal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Arie Usni. 2000.  Budidaya Bawal Air Tawal.  PT  Penebar Swadaya,   Jakarta.
Suryati dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bawal Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Wijayakusumah, H. dkk, TANAMAN BERKHASIAT OBAT DI INDONESIA. Penerbit Pustaka Kartini.


PENCEGAHAN KEPUNAHAN IKAN BELIDA


TAKSONOMI IKAN BELIDA
Secara taksonomi, ikan belida dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Phylum                :  Chordata
Kelas                   :  Pisces
Sub-Kelas             :  Teleostei
Ordo                   :  Isospondyli
Family                 :  Notopteridae
Genus                  :  Notopterus
Spesies                :  Notopterus Chitala

Di setiap daerah, ikan belida mempunyai nama spesifik, yaitu belido (Sumatera Selatan dan Jambi), belida (Kalimantan Barat) dan ikan pipih (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah). Nama dagang ikan belida adalah knife fishes. Ikan belida ini dapat tumbuh hingga mencapai 87,5 cm. Di Sumatera Selatan (sungai Lempuing), ikan belida berukuran 83 cm dengan bobot 6 kg pernah ditemui (Adjie & Utomo, 1994).
 
HABITAT IKAN BELIDA 
Ikan belida menghuni perairan sungai dan rawa banjiran di bagian tengah dari daerah aliran sungai (DAS). Pengamatan   DAS  Musi  menunjukkan   bahwa   ikan   belida banyak ditemui di sungai yang banyak terdapat rantingatau kayu dan diperairan rawa banjiran yang berhutan. Tempat tersebut merupakan habitat ikan belida untuk menjalankan siklus kehidupannya, mulai mematangkan gonad, memijah, merawat telur, merawat anakan hingga tumbuh besar menjadi induk. Habitat pemijahan induk ikan belida yaitu bagian perairan yang mempunyai kedalaman dari 1,5-2 m. Selama musim kemarau, ikan belida menghuni anak sungai dan ia akan menyebar ke perairan sekitarnya (rawa banjiran dan persawahan) selama musim penghujan. 

BIOLOGI-REPRODUKSI IKAN BELIDA
Ikan belida mempunyai bentuk badan pipih. Pola pertumbuhannya mengikuti alometrik. Ikan belida betina lebih gemuk dari pada ikan jantan. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, ikan belida menyantap ikan sebagai menu utamanya dan udang serta serangga air sebagai menu pelengkanya, sehingga ikan belida dapat dikategorikan ke dalam ikan buas (karnivora).
Menurut Adjie & Utomo (1994), ikan belida berukuran lebih dari 50 cm sudah memasuki usia dewasa dan diduga berusia lebih dari 3 (tiga) tahun.  Selanjutnya jumlah telur pada ikan belida ukuran 81-83 cm dengan bobot 4-6 kg per ekor adalah sekitar 1.194 – 8.320 butir.  Pengamatan Adjie et al. (1999)  di  Sungai  Batanghari dari  bulan  Mei – November menunjukkan bahwa ikan belida berukuran 70 – 93 cm dengan bobot 1,9 – 7,0 kg per ekor telah mempunyai telur, namun diameternya bervariasi dari 0,15 – 3,55 mm.  Smith (1945) melaporkan bahwa tidak semua telur ikan belida dikeluarkan pada saat memijah. Menurut Adjie et al. (1999) mengemukakan bahwa puncak musim pemijahan ikan belida terjadi pada bulan Juli (musim kemarau). Nelayan memancing pada musim kemarau dengan menggunakan pancing, empang arat, jaring insang, serta jaring insang khusus dipasang mendatar di permukaan air.      

POPULASI IKAN BELIDA DI ALAM
Dari data produksi secara umum yang diambil dari Statistik Perikanan Indonesia selama 10 tahun (1989 – 1998) Anonim, 2000. secara umum terlihat bahwa produksi ikan belida dicapai pada tahun 1991. setelah itu produksinya cenderung menurun hingga tahun 1995 dan kemudian stabil hingga tahun 1998. penurunan produksi ikan belida tersebut menunjukkan bahwa populasi ikan tersebut sudah terancam kelestariannya. Di Sumatera ikan belida sudah mulai sulit didapat sejak 1995 dan banyak tertangkap di Sumatera Selatan. Sedangkan menurut survei plasma nutfah ikan di DAS Batanghari mengemukakan bahwa ikan belida sudah termasuk jenis ikan yang terancam kelestariannya.

FAKTOR - FAKTOR PENDORONG ANCAMAN KELESTARIAN IKAN BELIDA
1.   Peningkatan Intensitas Penangkapan
Intensitas penangkapan ikan belida di perairan umum terkait dengan peningkatan kebutuhan pasar. Permintaan pasar ikan belida terus meningkat akibat pasar makanan khas Sumatera Selatan tidak terbatas hanya di Sumatera Selatan saja. Hal ini mendorong peningkatan jumlah nelayan dan alat tangkap yang di operasikan untuk menangkap ikan belida. Laju peningkatan mortalitas ikan belida dialam oleh penangkapan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemulihan kembali ketersediaan ikan tersebut dialam sehingga populasi ikan belida cepat berkurang.

2.   Penangkapan Induk Ikan Belida
Sungguhpun penangkapan ikan belida menggunakan alat tangkap sederhana, tetap akan terancam populasinya karena ukuran ikan yang ditangkap adalah besar sudah tergolong induk atau calon induk.  Induk belida dengan bobot 6 kg mengandung telur sebanyak 8.320 butir (Adjie & Utomo, 1994). Jika kita gunakan asumsi bahwa sekitar 1 % dari total telur (fekunditas) ikan belida dengan bobot 6 kg berhasil kembali menjadi induk, maka jumlah sediaan ikan di alam adalah sekitar 80 ekor atau setara dengan 480 kg. Artinya penangkapan satu ekor induk belida akan mengurangi  jumlah ikan sebanyak 80 ekor yang mempunyai potensi telur sekitar 640.000 butir. 

3.   Pengoperasian Alat Tangkap Terlarang dan Tidak Ramah Lingkungan
Saat ini, alat tangkap racun sudah meluas digunakan oleh masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar perairan, setiap saat.  Ditambah lagi dengan penggunaan alat tangkap listrik yang menyebabkan kematian ikan secara massal. Di Sumatera Selatan, nelayan juga mengoperasikan jenis alat tangkap tuguk yang di pasang melintang di sungai kecil dan besar. Tuguk dianggap tidak ramah lingkungan karena prinsip kerjanya seperti trawl (pukat harimau) yang sangat tidak selektif.

4.   Peningkatan Tekanan Ekologis oleh Limbah
Sudah menjadi tradisi bahwa sungai merupakan tempat pembuangan limbah, semakin ke hilir, kadar limbahnya semakin tinggi. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), DAS Musi sebagai tempat hidup ikan belida dapat digolongkan ke dalam perairan yang mempunyai tekanan ekologis tinggi di Indonesia dibandingkan dengan Kalimantan (DAS Kapuas).  Penurunan kualitas perairan akibat limbah dapat mengganggu siklus hidup ikan belida.

5.   Pembukaan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur
Pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya menjadi sumber gangguan siklus  kehidupan ikan, termasuk belida. Selama musim hujan tanah terkikis dan menjadi sumber peningkatan tingkat kekeruhan perairan dan pendangkalan perairan. Kekeruhan yang tinggi akan mengganggu proses sintesis fitoplankton dan selanjutnya mempengaruhi struktur komunitas di atasnya, khususnya larva dan ikan kecil yang menggantungkan hidupnya pada plankton. Gangguan tersebut akan mempersempit peluang ikan belida untuk mendapatkan makanan. Sehingga hal demikian akan mengganggu kestabilan ekosistem suatu perairan.

6.   Proses Penuaan Alami
Proses penuaan tidak bisa dielakkan lagi. Hanya makhluk hidup yang kuat saja yang mampu bertahan hidup. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), perubahan kondisi lingkungan perairan dan penangkapan ikan yang berlebihan dapat menurunkan populasi ikan. Perusakan habitat sangat berbahaya terutama bagi jenis yang hidup endemik yang dapat mengakibatkan kepunahan jenis ikan tersebut. Oleh karena itu kita harus berbuat agar anak cucu kita masih dapat menikmati rasa dan keindahan ikan belida, khususnya bagi masyarakat di Sumatera Selatan.

TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUNAHAN IKAN BELIDA
          Di Sumatera Selatan dan Jambi fakta menunjukkan bahwa secara umum ikan belida sudah terancam kepunahan populasinya. Untuk mencegah kepunahan jenis ikan tersebut, maka perlu membuat suatu keseimbangan antara kematian akibat penangkapan dan proses alami dengan rekrutmen sediaan ikan tersebut. Diantara cara mencegah kepunahan ikan belida tersebut adalah :
v Mendirikan suaka perikanan
v Domestikasi
v Penebaran kembali,  dan
v Pengembangan budidaya menjadi alternatif pencegahan kepunahan yang strategis
          Suaka perikanan, khususnya daerah pemijahan menjadi penting dalam tindakan mencegah kepunahan ikan belida. Suaka perikanan tersebut akan menajdi peluang kepada ikan belida untuk melakukan proses reproduksinya secara normal.
          Domestikasi adalaj upaya manusia untuk menjinakkan ikan liar agar dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi terkontrol sesuai dengan keinginan mereka. Proses domestikasi dapat dimulai pemeliharaan ikan belida ukuran kecil   (benih)  atau   besar  yang  ditangkap  dari  alam  dalam
wadah budidaya. Ikan tersebut diberi pakan secara teratur sehingga matang kelamin dan dipijahkan secara terkontrol.
          Keberhasilan domestikasi ikan belida akan mendorong pengembangan budidaya yang dapat mengurangi tekanan penangkapan. Selain itu benih hasil pemijahan dapat ditebar kembali ke perairan umum.     
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
          Karena ikan belida merupakan ikan yang belum ada dibudidayakan dan masyarakat memperolehnya melalui penangkapan di alam, maka sampai saat ini belum diperoleh referensi/literatur yang mengindentifikasi tentang hama dan penyakit yang menyerang ikan belida.
          Dari hasil konfirmasi kami pada Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan, bahwa saat ini, di Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang sedang melakukan penelitian mengenai indentifikasi secara umum hingga pada penyakit yang dapat menyerang ikan belida. Data akan dapat diperoleh setelah penelitian ini selesai dan dipublikasikan pada masyarakat. Akan tetapi yang umum dan pasti terjadi yaitu penyakit stres pada ikan belida yang berpengaruh dapat mengganggu pola reproduksi dan perkembangan ikan belida karena disebabkan  semakin buruknya lingkungan perairan Sungai Musi Palembang, dan perlakuan pada saat penangkapan.
Tabel 1. Tindakan preventif untuk mencegah penyakit pada ikan belida yang disebabkan oleh stres
NO
PENYAKIT
PENYEBAB
PENCEGAHAN
PENGOBATAN ALAMI
PENGOBATAN KIMIA
1.
Stres
o  Kondisi lingkungan persirsn yang buruk
o  Penanganan pada saat penangkapan

o  Kurangi pembuangan limbah yang berakibat terjadinya pencemaran perairan  DAS Musi sebagai habitat ikan belida
o  Hindari penangkapan yang menyebabkan iiritasi/luka pada saat penangkapan
o  Jangan menggunakan alat tangkap dengan bahan racun dan sejenisnya, sebab dapat dapat menyebabkan kepunahan secara total.
o  Setelah melakukan penangkpan masukkan ikan belida ke dalam bak penampungan yang terlindung baik dari cahaya ataupun gangguan manusia dan beri aerasi.
o  Apabila ikan stress dan ikan tidak nafsu makan dapat diberikan ekstrak sambiloto sebanyak 0,6 ml/liter air.
o  Kalau terjadi luka dapat diberi antiseptik dengan daun sirih.
o  Rendam dengan PK (kalium permanganat) KMNO4 dosis 1 ppm per 10 liter air, direndam selama 10 – 15 menit

DAFTAR PUSTAKA

Balai Riset kelautan dan Perikanan (2002). Warta Penelitian Perikanan Indonesia.

Yayan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Belida Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


REPRODUKSI DAN PERKEMBANGBIAKAN BELUT



Seperti telah diketahui bahwa belut memang gembongnya kaum ikan air  tawar, disebut sebagai gembong lantaran ikan ini gemar mencaploki ikan kecil yang masih lembut. Sifat buruk yang lain dari belut adalah kegemarannya merusak dan menggali galungan-galungan sawah, makanya belut ini sering dianggap sebagai hama yang perlu diberantas olah petani.
          Sebagai lauk, belut merupakan jenis ikan yang banyak disukai bahkan dirumah makan Padang goreng dan dendeng belut merupakan hidangan yang banyak digemari, dan bahkan dalam forum international pun belut merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan . Berikut ini perbandingan kandungan Gizi Belut dibanding dengan sumber gizi lain seperti telur dan daging sapi.
Tabel 1. Perbandingan zat gizi dalam belut, telur dan daging sapi
NO
ZAT  GIZI
BELUT
TELUR
DAGING SAPI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fospor
Kalsium
Zat  Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
A i r
303
14,0  gr
27,0  gr
0,0  gr
200  gr
20  mg
20  mg
1.600 SI
0,10 mg
2,0  mg
58   gr
162
12,8 gr
11,5 gr
0,7  gr
180 gr
54 mg
2,7 mg
900 SI
0,10 mg
0,0   mg
74,0 gr
207
18,8 gr
14,0 gr
0,0 gr
170 gr
11 mg
2,8 mg
30  SI
0,08 mg
0,0  mg
66   gr
Dalam forum international dianjurkan belut sebagai sumber gizi ikan pernah dipromosikan pemasarannya dalam  “ Kongres Gizi Asia III “ di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 7 – 10 Oktober 1980.

Klasifikasi
Dalam ilmu pengetahuan belut ini termasuk jenis ikan darat/air tawar yang diklasifikasikan :
Class                        : Pisces
Sub Class                 : Teleoski
Ordo                        : Syunbrnchoidae
Famili                       : Syubranchidae
Genus                      : Fluta
Spesies                     Fluta alba
Jenis ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak, tidak mempunyai sisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir, mata kecil tertutup kulit, gigi runcing kecil berbentuk kerucut.

Habitat
Ikan ini lebih menyukai hidup didalam Lumpur atau genangan air tawar yang tak mengalir dan tidak betah kena cahaya dan ikan ini juga mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Karena belut mempunyai alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat dirongga mulut, alat ini
Hal lain yang sangat menarik perhatian pada belut adalah kelaminnya yang hemaphrodit, yang mana belut yang berumur muda adalah berjenis kelamin betina (berukuran ± 10-30 cm) sementara yang jantan berukuran lebih panjang lagi (ukurannya diatas 30 cm). Pada dasarnya belut punya kebiasaan makan bersifat Carnivora atau pemakan daging, dimasa kecil suka makan jasad renik dari jenis zooplankton atau zoobenthos. Belut dewasa memakan jenis binatang yang lebih besar lagi seperti larva serangga, cacing , jentik, siput bahkan benih ikan kecil.


REPRODUKSI DAN PERKEMBANGBIAKAN
          Secara alami belut berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang panjang, yakni mulai dari musim penghujan sampai kepada musim kemarau, perkawinan terjadi pada malam hari dengan suhu ± 20°C, biasanya telur yang telah dibuahi akan dijaga oleh belut jantan dalam sarang sampai menetas dan akan menetas setelah 9 – 10 hari.
Untuk keperluan induk diperlukan dua macam ukuran belut yang berbeda umur, yakni;
·      belut yang panjangnya antara 20 – 30 cm, ini merupakan belut betina yang siap kawin.
·      Belut yang panjangnya sudah lebih dari 40 cm, ini merupakan belut yang berfungsi sebagai pejantan, berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara bebas sedangkan insang mengambil oksigen dari dalam air.

DAFTAR PUSTAKA

B. Sarwono, 1987. Budidaya Belut dan Sidat  Seri Perikanan   XVIII/77/87. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Departemen Pertanian, 1984.  Penyakit Ikan Air Tawar  oleh Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
Gufri dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Belut Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
R.H.Simanjuntak B.Sc.1988. Budidaya BelutPenerbit Bhratara Karya Aksara Jakarta  1988.


Untung Besar dari Bisnis Budidaya Lobster Air Tawar

  Memiliki warna biru yang cerah disertai bentuk tubuh yang terlihat kekar dan anggun menjadikan lobster air tawar menarik dijadikan hiasan ...