A. MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI IKAN PATIN
JAMBAL
Ikan patin jambal (Pangasius jambal) memiliki ciri khusus, yaitu kulit halus, dua
pasang sungut yang relatif pendek, jari-jari sirip punggung dan sirip dada
sempurna dengan tujuh jari-jari bercabang, sebuah sirip lemak berpangkal
sempit, sirip dubur panjang dan bersambung dengan sirip ekor, sirip ekor
bercagak dalam, letak mulut agak mengarah ke depan (Kottelat, 1993).
Klasifikasi Ikan Patin Jambal adalah
sebagai berikut :
Ordo : Ostrariophysi
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius
jambal
Nama ilmiah beberapa jenis Pangasius mengalami perubahan, diantaranya Pangasius pangasius yang dahulu sering
disebut sebagai salah satu jenis patin yang berada di Indonesia, ternyata suatu kekeliruan. Jenis tersebut hanya
terdapat di Asia Selatan seperti Pakistan, Bangladesh, India dan Burma. Jenis
yang diidentifikasi sebagai PangasiusPangasius
sebenarnya adalah Pangasiusdjambal
yang terdapat di Jawa dan Kalimantan. Jenis patin ini dapat mencapai panjang
(baku) sedikitnya 60 cm. Sedangkan nama jenis patin impor dan sudah banyak
dibudidaya sekarang dikenal dengan nama Pangasiussutchi
telah mengalami perubahan (sinonim) sebagai Pangasiushypophthalmus (Roberts dan Vithayanon, 1991). Jenis ikan
patin yang dapat mencapai ukuran besar dari Sumatera (Jambi, Batanghari) dan
Kalimantan (Barito dan Kapuas) adalah Pangasius
nasutus.
B. HABITAT, KEBIASAAN MAKAN DAN MAKANAN
Di alam, patin jambal ditemukan berukuran lebih dari 24 kg dengan panjang
lebih dari satu meter. Tambahan pula,
ikan ini mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap penyakit dan sangat toleran pada perubahan kondisi kimia dan fisika
air dan juga sangat mudah dipelihara (Praseyto, 1996).
Ikan patin jambal banyak terdapat di
sungai-sungai, mulai dari bagian hilir (muara sungai) daerah pasang surut,
bagian tengah dan hulu. Jenis patin lokal seperti Pangasius nasutus bersifat karnivora, pemakan ikan, udang, insekta,
siput. Adapula jenis patin yang bersifat
omnivora, seperti pada sadarin (Pangasius
polyuranodon) (Djajadiredja dkk., 1977).
Ikan jambal siam adalah omnivora, yaitu pemakan jasad hewani dan
tumbuh-tumbuhan air, seperti alga benang, kangkung dan sebagainya. Di tempat pemeliharaan jenis ikan sangat
responsif terhadap pakan berbentuk pelet.Namun saat larva bersifat karnivora. Makanan yang disukainya Brachinus sp,
Crustacea, Caladocera. Larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat
kanibal yang tinggi.
C. PEMBIAKAN DI ALAM
Ikan patin jambal di perairan alam,
seperti halnya jenis-jenis ikan sungai lainnya memijah pada musim hujan. Di sungai Indragiri (Riau), pada musim pemijahan ikan patin bermigrasi dari muara ke
hulu. Pada musim pemijahan ini ikan patin banyak ditangkap dengan jaring yang
dipasang melintang dan dihanyutkan. Ikan Patin yang tertangkap sedang
mengandung telur yang matang dan pada ikan jantan sudah mengandung sperma.
Ukuran fingerling (benih mudah) biasanya berada dibatasi oleh musim hujan
yaitu bulan Oktober hingga Maret (Hardjamulia dkk, 1981). Secara alami, perkembangan gonada ikan
jambal dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu air, fluktuasi ketinggian air,
curah hujan. Menurut Huisman dan Ritcher, (1987) umumnya ikan jambal mengalami kematangan pada musim hujan dari
bulan Oktober – April.
Irama tahunan perkembangan gonada
terbagi atas tiga periode. Periode pemijahan pada bulan Mei sampai Agustus dimana pituitary gonadotropin ditemukan mencapai puncak maksimum. Periode
istirahat (Resting period)
(September-February), gonadal steroidogenesis banyak direduksi , gametogenesis
belum terlihat , pituitary gonadotropin mengalami penurunan. Periode ketiga
adalah pasca pemijahan (prespawning
period) berkarakteristik terjadinya peningkatan kandungan pituitary gonadotropin.
D. GONADA JANTAN DAN BETINA IKAN PATIN
JAMBAL
Induk jambal sudah mulai dapat dipijahkan setelah berumur 4 tahun dan
memijah pada musim hujan. Tanda-tanda induk yang matang Gonad :
·
Betina :
perut nampak besar, lembek dan lubang
kelamin berwarna kemerahan. Khusus untuk
ikan betina saja, adalah induk gelisah, sering bergerak ke per mukaan air, serta bergerak dengan
menggerak-gerakkan ekornya.
·
Jantan :
lubang kelamin berwarna kemerahan dan
bila dipijit ke arah lubangkelamin akan keluar cairan berwarna putih (sperma).
E. PERKEMBANGAN TELUR MENJADI LARVA
Bila kita memijahkan ikan patin jambal secara buatan, telurnya bersifat lekat jika diberi air akan
bergumpal. Untuk mengurangi penggumpalan, telur pada waktu dicuci diaduk terus
dengan bulu ayam dan penambahan larutan garam tertentu. Khususnya pada ikan
jambal siam, sifat daya lekat telur ini bervariasi secara individual. Ada induk
yang menghasilkan telur dengan daya lekatnya tinggi, dan ada pula yang daya
lekatnya rendah.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian telur jambal berukuran sekitar 1,3 –
1,5 mm. Telur menetas sekitar 24 jam
pada suhu 24-28o C. Larva yang baru menetas berukuran sekitar 3,1 mm
dengan bobot sekitar 0,6 - 1,6 mg yang mengandung kuning telur. Kuning telur
mulai habis diserap pada hari kedua dan pada hari ketiga kuning telur sudah
tidak nampak lagi. Mulut sudah terbentuk dan
terbuka pada hari pertama.
F. LINGKUNGAN PERAIRAN IKAN PATIN JAMBAL
Ikan patin jambal termasuk golongan benthopelagic (perenang cepat ), di alam ikan ini
hidup perairan tawar sampai perairan
payau, kisaran derajat keasaman (pH): 6
- 7.5 , sedangkan kisaran kedalaman - 50 m, dan suhu perairan berkisar 23 -
28°C. Untuk itu agar budidayanya dapat
berjalan baik, nilai pH hendaknya
minimal 6. Kualitas air lainnya seperti kadar oksigen terlarut di sungai dan danau atau waduk
biasanya tinggi lebih besar dari kadar minimal, yaitu 5 mg/liter. Sebaiknya air
jernih dengan daya cerah minimal 70 cm. Suhu sebaiknya berkisar 23-30o
C.
Referensi:
Djajadiredja, R., Sri Hatimah, Z. Arifin. 1977. Buku pedoman pengenalan
sumber perikanan darat. Direktorat Jenderal Perikanan. Dep. Pertanian. Jakarta.
Hardjamulia, Atmadja. 1975. Budidaya ikan introduksi. SUPM. Bogor.
Hardjamulia, A., R. Djajadiredja, S. Atmawinata dan D. Idris. 1981.
Pembenihan ikan jambal siam (Pangasius sutchi) dengan suntikan ekstraks
kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio). Bul. BPPD, Vol.1 No. 2.
Hardjamulia, A., T. H. Prihadi dan Subagyo, 1986. Pengaruh salinitas
terhadap pertumbuhan dan daya kelangsungan hidup benih ikan jambal siam
(Pangasius sutchi). Bul. Penelitian Perikanan Darat, Vol.5 No.1 : 111 - 117.
Huisman, and Richter, C.J.J.
1987. Reproduction, Growth,
Health Control and Aquaculture Potential of The African Catfish, Clarias
gariepinus. Elsevier Science. Publishers B.V., Amsterdam. P: 1 – 10.
Kottelet, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo, 1993.
Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited.
Jakarta.
Permana, Edy. 1987. Perkembangan larva ikan jambal siam (Pangasius sutchi
Fowler). Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Prihastowo, Hary. 1987. Pengaruh frekuensi pemberian makanan terhadap
kelangsungan hidup burayak jambal siam (Pangasius sutchi Fowler). Tesis.
Institut Pertanian Bogor.
Roberts, T. and C. Vidthayanon. 1991. Systematic revisaion of the Asian
catfish family Pangasidae, with biological observations and descripsions of
three new species. Proc. Acad. Nat. Sci. Philadelphia.
Sumber : Fahrur Razi, SST. 2013. Leaflet Perikanan "Aspek Biologi Ikan Patin Jambal"